Darah di Altar Pasar: Sejarah yang Menghancurkan

Share it

Kapitalisme berdiri megah bak raksasa tak terkalahkan,
Menginjak bumi yang menjerit dalam kelaparan,
Langit terbelah oleh tawa tajamnya, mengguncang dunia,
Uang berbisik dengan suara menakutkan, membelit mimpi yang rapuh,
Menyulut api dalam dada, menjadikan harapan debu yang hilang.

Neoliberalisme melangkah bak dewa yang mengendalikan takdir
Pasar bebas bersorak dalam kemewahan tak berujung,
Dunia dipaksa bersujud pada altar keserakahan yang membara,
Manusia hanyalah angka yang melambung tinggi,
Harga jiwa diukur oleh angka yang terbang tinggi, jauh dari kenyataan.

Sejarah ini adalah drama yang tak pernah usai,
Kapitalisme adalah monster yang haus akan darah kehidupan,
Neoliberalisme adalah angin api yang membakar setiap harapan,
Mereka mengguncang dunia, meremukkan hati yang rapuh,
Bumi menangis dalam kesunyian,
Dan kita terjatuh, terlupakan dalam debu yang terlupakan.

“Darah di Altar Pasar: Sejarah yang Menghancurkan”

Kapitalisme berdiri megah bak raksasa tak terkalahkan,
Menginjak bumi yang menjerit dalam kelaparan,
Langit terbelah oleh tawa tajamnya, mengguncang dunia,
Uang berbisik dengan suara menakutkan, membelit mimpi yang rapuh,
Menyulut api dalam dada, menjadikan harapan debu yang hilang.

Neoliberalisme melangkah bak dewa yang mengendalikan takdir
Pasar bebas bersorak dalam kemewahan tak berujung,
Dunia dipaksa bersujud pada altar keserakahan yang membara,
Manusia hanyalah angka yang melambung tinggi,
Harga jiwa diukur oleh angka yang terbang tinggi, jauh dari kenyataan.

Sejarah ini adalah drama yang tak pernah usai,
Kapitalisme adalah monster yang haus akan darah kehidupan,
Neoliberalisme adalah angin api yang membakar setiap harapan,
Mereka mengguncang dunia, meremukkan hati yang rapuh,
Bumi menangis dalam kesunyian,
Dan kita terjatuh, terlupakan dalam debu yang terlupakan.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top