
Kapitalisme telah lama menjadi sistem ekonomi dominan di dunia, namun dampak negatifnya semakin terasa dalam berbagai aspek kehidupan. Menurut Fadhli et al. (2023), sistem ekonomi kapitalis lebih berfokus pada produksi barang dan jasa daripada memenuhi kebutuhan manusia. Sifat mencari untung dalam kapitalisme membahayakan lingkungan, tidak menciptakan kebahagiaan individu, dan justru merugikan rakyat secara ekonomi.
Sejarah Indonesia menunjukkan bagaimana kapitalisme telah menyengsarakan rakyat melalui imperialisme Belanda, utang luar negeri, dan modal asing. Bahkan dalam sistem pendidikan, pengaruh kapitalisme terlihat jelas, seperti yang diungkapkan oleh Leany & Subaidi (2021) bahwa sistem pendidikan liberal sangat mengikuti perkembangan ekonomi dan politik kapitalis. Meskipun Indonesia menganut demokrasi dan konstitusinya menolak kapitalisme, dalam praktiknya, kemajuan demokrasi di Indonesia terhalang oleh kapitalisme yang berdampak pada berbagai aspek kehidupan.
Perkembangan kapitalisme, yang diiringi oleh globalisasi, telah membawa perubahan besar di berbagai negara, namun juga meningkatkan eksploitasi sumber daya alam dan kerusakan lingkungan. Di Indonesia, laju deforestasi mencapai 1,2 juta hektar hutan alam setiap tahun pada periode 2000-2010. Kalimantan telah kehilangan hampir setengah dari luas hutannya dalam 15 tahun. Selain itu, penggunaan pupuk kimia dalam pertanian dan limbah industri telah mencemari tanah, air, dan udara.
Dampak kapitalisme terhadap perubahan iklim semakin mengkhawatirkan. Menurut laporan terbaru dari IPCC (2023), emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktivitas industri berbasis fossil fuel terus meningkat, menyebabkan pemanasan global yang mengancam kelangsungan hidup berbagai spesies. Kenaikan permukaan air laut, cuaca ekstrem, dan pergeseran pola curah hujan adalah beberapa konsekuensi yang harus dihadapi akibat model pembangunan kapitalis yang tidak berkelanjutan.
Eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan oleh perusahaan-perusahaan besar telah mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati secara masif. Penelitian oleh Wijaya et al. (2024) menunjukkan bahwa lebih dari 1000 spesies tanaman dan hewan di Indonesia terancam punah akibat kerusakan habitat yang disebabkan oleh ekspansi perkebunan kelapa sawit dan pertambangan. Hal ini tidak hanya berdampak pada keseimbangan ekosistem, tetapi juga mengancam ketahanan pangan dan obat-obatan tradisional yang bergantung pada keanekaragaman hayati.
Pencemaran air menjadi masalah serius akibat aktivitas industri yang tidak terkendali. Studi yang dilakukan oleh Pratama & Sari (2023) menemukan bahwa 60% sungai di pulau Jawa tercemar berat oleh limbah industri dan domestik. Fenomena ini tidak hanya mengancam kesehatan masyarakat, tetapi juga menghancurkan mata pencaharian nelayan dan petani yang bergantung pada sumber daya air. Sistem kapitalisme yang memprioritaskan keuntungan jangka pendek seringkali mengabaikan biaya sosial dan lingkungan jangka panjang.
Gerakan perlawanan terhadap kerusakan lingkungan yang dominan saat ini, seperti memungut sampah atau mengurangi penggunaan plastik, sebenarnya tidak menyentuh akar permasalahan. Sistem ekonomi politik kapitalisme tetap memaksa masyarakat untuk terus mengkonsumsi plastik dan mengabaikan pengelolaan sampah yang baik karena dianggap tidak menguntungkan. Oleh karena itu, solusi untuk menyelamatkan bumi dari kerusakan lingkungan harus dimulai dengan menumbangkan kapitalisme.
Sosialisme menawarkan alternatif di mana alat-alat produksi dimiliki secara kolektif oleh kelas buruh-rakyat pekerja, dikelola secara demokratis, dan dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan dan kepentingan bersama. Dalam sistem sosialis, industrialisasi tetap diperlukan, namun dengan pendekatan yang ramah lingkungan. Energi ramah lingkungan seperti tenaga matahari, angin, dan ombak akan dikembangkan, sementara limbah akan dikelola dengan ketat dan dilakukan re-produksi.
Perjuangan menuju sosialisme di Indonesia harus berlangsung dalam skala yang berlapis-lapis: lokal, nasional, dan internasional. Tantangan utama adalah konsolidasi politik kelas pekerja dengan program politik kelas yang eksplisit. Meskipun populisme muncul sebagai kritik terhadap kapitalisme, pandangan ini cenderung romantis dan konservatif, gagal membedakan antara perjuangan anti-kapitalisme yang progresif dan modern
Tujuan akhir dari agenda politik sosialis adalah menciptakan dunia di mana semua orang terbebas dari belenggu dominasi dan penindasan berbasis kondisi materialnya. Sosialisme berjuang untuk kesetaraan dalam keberlimpahan, bukan kebersamaan dalam kemiskinan. Visi sosialisme adalah mewujudkan masyarakat di mana setiap individu dapat hidup secara merdeka, bermartabat, dan bertanggung jawab, berdasarkan semangat solidaritas kepada sesama.
Dalam konteks global, penting untuk memahami bahwa transisi menuju sistem sosialis bukanlah proses yang mudah atau cepat. Diperlukan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi, politik, dan sosial yang membutuhkan waktu dan upaya kolektif. Namun, dengan meningkatnya kesadaran akan dampak negatif kapitalisme terhadap lingkungan dan kesejahteraan manusia, gerakan menuju alternatif sosialis semakin mendapatkan momentum di berbagai belahan dunia.
Kesimpulannya, meskipun kapitalisme telah lama menjadi sistem ekonomi dominan, dampak negatifnya terhadap lingkungan dan masyarakat tidak dapat diabaikan. Sosialisme menawarkan alternatif yang lebih berkelanjutan dan berkeadilan, dengan fokus pada kepentingan kolektif dan pelestarian lingkungan. Untuk mewujudkan perubahan ini, diperlukan gerakan yang terorganisir dan berkelanjutan, yang melibatkan berbagai lapisan masyarakat dalam perjuangan menuju sistem yang lebih adil dan ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA:
Fathurrahman, R.A. Kritik Karl Max Terhadap Kapitalisme dan Pengertian Sosialisme.
Sangaji, A., & Ridha, M. 2013. Arianto Sangaji: Pilihannya Sederhana, Sosialisme atau Barbarisme. Diakses pada https://indoprogress.com/2013/09/arianto-sangaji-pilihannya-sederhana-sosialisme-atau-barbarisme/
Syeliana, F.A. 2024. Kapitalisme dalam Kajian Ilmu Filsafat. Journal of Innovation in Teaching and Instructional Media, 4 (3): pp. 130-136.
Talutama, S. 2019. Kapitalisme Merusak Bumi dan Solusi Sosialis. Diakses pada https://www.arahjuang.com/2019/04/22/kapitalisme-merusak-bumi-dan-solusi-sosialis/