
Sejarah kapitalisme berakar dari gerakan pembebasan yang dipengaruhi oleh paham liberalisme serta semangat pembentukan negara-bangsa, yang kemudian melahirkan sistem kapitalisme. Gerakan ini bertujuan untuk menggulingkan otoritas gereja dan kekuasaan monarki, didorong oleh ideologi seperti liberalisme, materialisme, hedonisme, dan sekularisme, yang menekankan kepentingan serta kebebasan individu (self-interest). Kapitalisme juga dicirikan oleh nilai-nilai seperti rasionalitas ekonomi (rational economic), positivisme, dan hukum Say (Say’s Law).
Kapitalisme adalah sebuah paham yang mulai berkembang pada abad ke-16 dan baru menunjukkan pengaruhnya secara signifikan sebagai ideologi inspiratif pada abad ke-18. Tidak dapat disangkal bahwa kapitalisme kini telah menjadi inti dari era globalisasi dan modernisasi, yang berlandaskan pada kemajuan teknologi.
Adam Smith, yang dikenal sebagai pelopor pemikiran kapitalisme melalui karyanya The Wealth of Nations (1776), menjelaskan bagaimana pasar berfungsi melalui dorongan kepentingan pribadi dan persaingan, yang pada gilirannya mengarah pada terciptanya keteraturan dalam perekonomian. Konsep terkenal yang ia perkenalkan, yakni “tangan tak terlihat” (invisible hand), menggambarkan bagaimana individu yang mengejar keuntungan pribadi, tanpa disengaja, dapat turut berkontribusi pada kesejahteraan bersama melalui dinamika pasar.
Memasuki abad ke-20, terdapat pergeseran dalam paradigma ekonomi yang melahirkan neoliberalisme. Neoliberalisme ini berakar dari pemikiran liberalisme klasik yang menekankan pentingnya kebebasan individu, rasionalitas, serta kesetaraan. Namun, neoliberalisme berbeda dengan liberalisme klasik karena lebih menekankan pada kebijakan seperti deregulasi pasar, privatisasi perusahaan negara, intervensi pemerintah yang minimal, dan pembukaan pasar internasional.
Neoliberalisme, sebuah ideologi yang menekankan individualisme dan pasar bebas, telah memberikan dampak besar pada sistem pendidikan dalam era globalisasi. Hal ini menyebabkan adanya privatisasi pendidikan, pergeseran wewenang negara, serta lahirnya generasi muda yang semakin terpengaruh oleh paham neoliberal. Fokus neoliberalisme yang mengutamakan praktik berbasis pasar juga telah mengubah dunia pendidikan tinggi, di mana mahasiswa kini dipandang sebagai konsumen dan fakultas sebagai penyedia layanan. Pengaruh ini dapat dilihat dari pergeseran kebijakan yang lebih berorientasi pada pasar, seperti privatisasi dan deregulasi, serta berkurangnya peran negara dalam pengelolaan kesejahteraan sosial. Akibatnya, persaingan dalam pendidikan semakin meningkat dan ketidaksetaraan semakin nyata. Agenda neoliberal juga telah membentuk pengalaman generasi muda dalam dunia pendidikan, konsumerisme, serta sistem peradilan anak. Meskipun sifat neoliberalisme sangat memengaruhi banyak aspek, kemunculannya dan dampaknya tidak dapat dihindari, sehingga pengaruhnya terhadap pendidikan perlu dipahami dan dikritisi lebih dalam.
REFERENSI
Prasetyo, E. (2004). Kapitalisme & Neoliberalisme, Sebuah Tinjauan Singkat, Ekonomi Polifik. Journal Al-Manar, Edisi I.
Parmitasari, R. D. A., & Alwi, Z. (2020). Aliran Ekonomi Neoliberalisme: Suatu Pengantar. Study of Scientific and Behavioral Management (SSBM), 1(3), 59-69.
Salim, A., Manubey, J., & Kuswandi, D. (2023). NEOLIBERALISME DAN DAMPAKNYA BAGI PENDIDIKAN INDONESIA: SEBUAH REFLEKSI. Jurnal Pendidikan, 24(2), 97-115.
Mustakim. (2022). KAPITALISME, SEJARAH DAN NILAI/CIRI/ KARAKTERNYA (DARI LIBERALISME HINGGA SEKULARISME). Jurnal Ekonomi Syariah. Vol (5), Edisi II.