
Kapitalisme merupakan sistem ekonomi sosial yang berorientasi kepada keuntungan sebesar-besarnya, Sistem ini, yang berakar pada prinsip produksi, konsumsi, dan akumulasi kekayaan, telah mendorong eksploitasi besar-besaran terhadap sumber daya alam dan penciptaan budaya konsumtif yang berlebihan. Kapitalisme, sebagai sistem ekonomi yang mendominasi dunia, telah membawa kemajuan pesat dalam berbagai bidang. Namun, di balik gemerlapnya pertumbuhan ekonomi, terdapat sisi gelap yang semakin mengkhawatirkan: kerusakan lingkungan yang parah. Keserakahan yang menjadi nadi utama sistem kapitalis telah menggeser nilai-nilai keberlanjutan dan mendorong eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan. Tulisan ini akan mengupas tuntas bagaimana lingkaran setan kapitalisme terus merusak lingkungan dan mengancam masa depan planet kita.
Dalam sistem kapitalisme, pertumbuhan ekonomi menjadi tujuan utama. Untuk mencapai tujuan ini, perusahaan-perusahaan didorong untuk terus meningkatkan keuntungan semaksimal mungkin. Hal ini memicu munculnya perilaku serakah di mana perusahaan-perusahaan rela melakukan segala cara, termasuk mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan dan mengabaikan dampak lingkungan. Dalam praktiknya, kapitalisme seringkali tidak memikirkan dampak yang dirasakan oleh kegiatannya. Salah satu dampak yang sangat terlihat dewasa ini adalah, bagaimana kerusakan lingkungan yang sangat parah dan masif masih belum ada perubahan.
Sektor energi, misalnya, sering kali dikaitkan dengan praktik-praktik yang merusak lingkungan. Investasi PLTU Batu Bara di Indonesia sampai saat ini masih terjadi. Sayangnya, energi kotor itu merupakan pembangkit listrik yang masih diutamakan di Indonesia. Padahal secara global sektor pembangkit listrik adalah kontributor terbesar gas rumah kaca penyebab krisis iklim. Bahkan 20-30 persen polusi udara yang ada di Jakarta adalah hasil sumbangan dari emisi yang dihasilkan PLTU berbahan bakar batu bara.
Dalam mengejar keuntungan, prinsip-prinsip keberlanjutan yang seharusnya menjadi dasar dalam pengelolaan sumber daya alam sering kali dikesampingkan. Kebijaksanaan ekologis yang mengutamakan keseimbangan antara kebutuhan manusia dan kelestarian lingkungan seakan tergantikan oleh logika ekonomi semata.
Akibatnya, kita menghadapi krisis ekologis yang semakin parah. Perubahan iklim yang ditandai dengan peningkatan suhu global, cuaca ekstrem, dan naiknya permukaan air laut menjadi ancaman nyata bagi kehidupan di bumi. Polusi udara, air, dan tanah juga semakin memburuk, mengancam kesehatan manusia dan merusak ekosistem. Hilangnya keanekaragaman hayati akibat kerusakan habitat semakin memperparah situasi.
Lingkaran Setan Kerusakan Lingkungan
Lingkaran setan kerusakan lingkungan yang dipicu oleh kapitalisme berjalan terus-menerus. Semakin parah kerusakan lingkungan, semakin besar tekanan pada sumber daya alam yang tersisa. Untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat, eksploitasi sumber daya alam pun semakin intensif, sehingga kerusakan lingkungan semakin meluas.
Upaya-upaya untuk menghentikan kerusakan lingkungan seringkali menghadapi kendala yang besar. Perusahaan-perusahaan yang telah terbiasa dengan keuntungan besar dari eksploitasi sumber daya alam tentu akan melakukan segala cara untuk mempertahankan bisnis mereka. Selain itu, kebijakan pemerintah yang seringkali lebih mengutamakan pertumbuhan ekonomi daripada perlindungan lingkungan juga menjadi penghambat dalam upaya mengatasi krisis ekologis.
Mencari Solusi: Mengembalikan Kebijaksanaan Ekologis
Untuk keluar dari lingkaran setan ini, kita perlu mengembalikan kebijaksanaan ekologis dalam pengelolaan sumber daya alam. Kebijaksanaan ekologis menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara kebutuhan manusia dan kelestarian lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam segala aspek kehidupan, mulai dari produksi hingga konsumsi.
Artikel berjudul “Kapitalisme Global sebagai Akar Kerusakan Lingkungan:Kritik terhadap Etika Lingkungan” menawarkan solusi alternatif untuk krisis iklim dan kerusakan alam dengan menekankan perlunya perubahan mendasar dalam sistem ekonomi dan politik yang mendasari kapitalisme. Solusinya adalah mengubah cara produksi dan konsumsi agar lebih berkelanjutan, meningkatkan peran masyarakat sipil dalam mendorong keadilan ekologis, serta memajukan pendidikan dan kesadaran sosial untuk menciptakan perubahan kolektif. Selain itu, artikel ini menyoroti pentingnya tindakan nyata yang melampaui debat moral, serta keterlibatan politik aktif untuk mendukung transformasi sosial dan lingkungan yang lebih adil.
Kesimpulan
Keserakahan yang menjadi ciri khas sistem kapitalisme telah membawa kita pada jurang krisis ekologis. Lingkaran setan kerusakan lingkungan terus berputar dan mengancam masa depan planet kita. Untuk mengatasi masalah ini, kita perlu melakukan perubahan mendasar dalam cara kita memandang dan mengelola sumber daya alam.
Mengembalikan kebijaksanaan ekologis adalah kunci untuk membangun masa depan yang lebih berkelanjutan. Hal ini membutuhkan perubahan paradigma yang melibatkan semua pihak, mulai dari individu, perusahaan, hingga pemerintah. Kita perlu mengubah gaya hidup kita menjadi lebih ramah lingkungan, mendukung perusahaan-perusahaan yang bertanggung jawab, dan mendesak pemerintah untuk membuat kebijakan yang lebih berpihak pada lingkungan.
Jangan pernah lelah untuk menyuarakan kepedulian terhadap lingkungan dan mendesak para pemimpin untuk mengambil tindakan nyata. Ingatlah, bumi adalah satu-satunya rumah yang kita miliki. Mari kita jaga bersama.
Referensi :
Tampubolon, Y.H. & Purba, D.F., (2022). Kapitalisme Global sebagai Akar Kerusakan Lingkungan: Kritik terhadap Etika Lingkungan. Jurnal Agama dan Masyarakat, 9(1), pp.83-104. DOI: https://doi.org/10.33550/sd.v9i1.265.
Greenpeace Indonesia. (2020). Tantangan kita bersama di tahun 2020. Greenpeace Indonesia. https://www.greenpeace.org/indonesia/