
Kapitalisme dan neoliberalisme, dua ideologi yang saling berkaitan erat ini telah membentuk lanskap politik, sosial, budaya dan ekonomi dunia selama berabad-abad serta meninggalkan jejak yang tak terhapuskan pada kehidupan umat manusia. Memahami sejarah panjang kapitalisme dan neoliberalisme bagaikan membuka peta dunia untuk memahami realitas ekonomi dan politik global.
Kapitalisme: Lahirnya Sistem Ekonomi Modern
Kapitalisme, sebuah sistem ekonomi yang diwarnai dengan kepemilikan pribadi atas alat-alat produksi ekonomi yang didorong oleh motif keuntungan dan telah menjadi landasan bagi dunia ekonomi modern selama berabad-abad. Lahir dari rahim perubahan sosial dan ekonomi di Eropa, kapitalisme terus tumbuh berkembang dan beradaptasi.
Benih kapitalisme mulai tumbuh di era Renaisans Eropa, saat perdagangan dan kegiatan komersial mulai berkembang pesat dan mendominasi aktivitas ekonomi. Sistem feodal yang sebelumnya mendominasi, mulai memudar dan digantikan oleh semangat individualisme dan kewirausahaan. Faktor-faktor seperti penemuan baru, perluasan perdagangan maritim, dan munculnya kelas pedagang turut berkontribusi dalam perkembangannya.
Kapitalisme dicirikan oleh beberapa prinsip fundamental, seperti: Kepemilikan Pribadi, dalam hal ini Individu dan entitas swasta memiliki hak untuk memiliki dan mengendalikan alat-alat produksi, seperti tanah, pabrik, dan mesin. Individu dan perusahaan didorong untuk mencari keuntungan melalui kegiatan ekonomi mereka dengan menghalalkan berbagai cara. Perusahaan bersaing satu sama lain untuk mendapatkan pelanggan dan memaksimalkan keuntungan. Serta lahirnya pasar bebas yang mengakibatkan harga barang dan jasa ditentukan oleh penawaran dan permintaan di pasar, dengan intervensi pemerintah yang sangat minim.
Revolusi Industri abad ke-18 menjadi titik balik dan katalisator bagi perkembangan kapitalisme. Penemuan mesin uap dan kemajuan teknologi lainnya memicu industrialisasi massal, urbanisasi dan transformasi sosial yang mendalam. Pakar ekonomi terkemuka memainkan peran yang sangat penting dalam mendefinisikan dan menganalisis kapitalisme. Adam Smith, bapak ekonomi modern, dalam magnum opusnya “The Wealth of Nations” (1776), menguraikan dengan jelas prinsip-prinsip dasar pasar bebas dan peran penting “tangan tak kasat mata” dalam menyeimbangkan penawaran dan permintaan. Tokoh-tokoh lain seperti David Ricardo dan John Stuart Mill melanjutkannya dengan meneliti aspek-aspek seperti perdagangan internasional, distribusi kekayaan, dan peran pemerintah dalam perkembangan ekonomi.
Abad ke-20 menjadi saksi bisu dinamika, krisis, dan evolusi yang luar biasa dalam sejarah kapitalisme. Era ini ditandai dengan berbagai peristiwa penting yang mengantarkan sistem ekonomi ini ke arah yang baru.
Depresi Besar tahun 1930-an hingga tahun 1970-an menjadi pukulan telak bagi kapitalisme laissez-faire, memicu reformasi ekonomi dan regulasi yang lebih ketat. Era ini ditandai dengan penerapan ide-ide ekonomi John Maynard Keynes, yang menekankan peran aktif pemerintah dalam mengatur ekonomi untuk mencapai stabilitas dan kesejahteraan, yang dikenal dengan ”Era Keynesianisme”. Keynes berpendapat bahwa permintaan agregat (total permintaan barang dan jasa dalam ekonomi) merupakan faktor penentu utama tingkat aktivitas ekonomi. Pemerintah diharuskan melakukan intervensi dalam ekonomi melalui kebijakan fiskal dan kebijakan moneter untuk mendorong permintaan agregat dan mencapai lapangan kerja penuh. Saat ekonomi mengalami resesi, pemerintah harus meningkatkan pengeluarannya atau menurunkan pajak untuk meningkatkan permintaan agregat dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Bank sentral dapat menurunkan suku bunga dan meningkatkan pasokan uang untuk mendorong investasi dan konsumsi.
Perang Dunia I dan II mendorong intervensi pemerintah yang lebih besar dalam ekonomi, melahirkan model “kapitalisme negara”. Pasca Perang Dunia II, negara-negara di Eropa Barat dan Amerika Utara menerapkan model “negara kesejahteraan” yang menggabungkan pasar bebas dengan jaring pengaman sosial. Perang Dingin memicu pertarungan antara kapitalisme dan komunisme, dengan masing-masing pihak menawarkan model pembangunan dan sistem ekonomi yang berbeda. Runtuhnya Uni Soviet dan berakhirnya Perang Dingin membuka jalan bagi globalisasi dan liberalisasi ekonomi, mendorong integrasi ekonomi dan perdagangan internasional. Abad ke-20 juga ditandai dengan kemajuan teknologi yang pesat, terutama dalam bidang komunikasi dan informasi, yang merevolusi cara bisnis beroperasi dan mengubah lanskap ekonomi global.
Neoliberalisme: Kebangkitan Ideologi Pasar Bebas
Sebagai respons terhadap intervensi pemerintah yang meningkat pasca Perang Dunia dan Depresi Besar, neoliberalisme muncul di pertengahan abad ke-20 yang dipelopori oleh para ekonom seperti Friedrich Hayek dan Milton Friedman mengadvokasi liberalisme klasik dan pasar bebas sebagai solusi untuk permasalahan ekonomi. Neoliberalisme menganut sistem liberalisasi ekonomi, deregulasi, dan privatisasi yang menjadi kekuatan dominan dalam skala global selama beberapa dekade terakhir. Neoliberalisme lahir dari kritik ketidakstabilan ekonomi dan intervensi pemerintah yang ekstensif di era pasca perang Dunia yang mendorong pencarian alternatif. Dan Kebijakan Keynesian, yang menekankan intervensi pemerintah untuk mendorong permintaan agregat, dikritik karena melahirkan inefisiensi dan inflasi. Para penganutnya percaya bahwa pasar bebas dan dengan sedikitnya campur tangan pemerintah, akan menghasilkan efisiensi dan kemakmuran ekonomi yang optimal.
Neoliberalisme ditandai dengan adanya Pasar Bebas dimana harga dan produksi ditentukan oleh penawaran dan permintaan tanpa adanya interfensi lansung dari pemerintah, yang mengakibatkan terjadinya peningkatan integrasi ekonomi antar negara melalui perdagangan dan investasi bebas. Pengurangan regulasi dan hambatan perdagangan untuk mendorong kompetisi dan efesiensi. Pengalihan kepemilikan serta pengelolaan aset dan layanan publik kepihak swasta.
Dukungan penuh dari institusi ekonomi dunia juga berperan sangat penting dalam perkembangan neoliberalisme. Bank Dunia yang menyediakan pinjaman dan nasihat kebijakan kepada negara-negara berkembang untuk mempromosikan reformasi neoliberal, Dana Moneter Internasional (IMF) yang mengawasi kebijakan ekonomi negara anggota dan mendorong stabilitas makroekonomi, serta Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yang menetapkan aturan dan menyelesaikan sengketa perdagangan internasional untuk memfasilitasi perdagangan bebas.
Dampak Kapitalisme dan Neoliberalisme: Sebuah Analisis Kritis atas Pertumbuhan, Ketimpangan dan Kontroversi.
Kapitalisme dan neoliberalisme menghasilkan dampak yang signifikan pada pertumbuhan ekonomi global. Kapitalisme telah menjadi mesin penggerak pertumbuhan ekonomi global selama berabad-abad, sistem ini telah mendorong inovasi, meningkatkan produktivitas, dan mengangkat jutaan orang dari kemiskinan. Neoliberalisme telah meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat di akhir abad ke-20 hingga awal abad ke-21, Peningkatan literasi perdagangan dan investasi telah mendorong globalisasi dan interkoneksi ekonomi antar negara, dan jutaaan orang telah keluar dari kemiskinan ekstrim di negara-negara yang telah menerapkkan reformasi neoliberal.
Meskipun kapitalisme dan neoliberalisme telah berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi global yang signifikan, sistem ini juga menuai kritik tajam. Kritikus berargumen bahwa sistem ini memperparah kesenjangan kekayaan, dimana keuntungan yang tidak merata dan hanya terkonsentrasi pada beberapa kalangan saja. Dibeberapa negara terjadi eksploitasi tenaga kerja, kondisi kerja yang buruk, upah yang rendah, serta pelemahan hak-hak pekerja. Globalisasi melemahkan jaring pengaman sosial yang mengakibatkan rentannya terjadi krisis keuangan, seperti krisis ekonomi Asia pada tahun 1997 yang berdampak adanya krisis moneter Indonesia ditahun 1998-1999 dan krisis finansial global pada tahun 2007-2008. Selain dampak ekonomi, sistem ini secara tidak langsung memberi dampak pada lingkungan karena terlalu berfokus pada pertumbungan ekonomi dan konsumsi massal sehingga mengabaikan kelestarian lingkungan dan perubahan iklim.
Evaluasi dan Masa Depan: Menuju Keseimbangan dan Keadilan
Perdebatan tentang kapitalisme dan neoliberalisme masih terus berlangsung. Mencari keseimbangan antara kebebasan pasar dan intervensi pemerintah yang bertanggung jawab menjadi salah satu kunci untuk mengatasi kekurangan sistem ini. Penting untuk mempertimbangkan sistem ekonomi alternatif, seperti sosialisme dan ekonomi campuran. Mendorong dialog dan partisipasi berbagai pihak, seperti pemangku kepentingan, masyarakat sipil, serikat pekerja, dan organisasi lingkungan, dalam merumuskan kebijakan ekonomi yang berkelanjutan. Sehingga terjadi distribusi kekayaan yang adil, perlindungan hak-hak pekerja, dan kelestarian lingkungan.
Sejarah kapitalisme dan neoliberalisme merupakan kisah kompleks yang penuh dengan evolusi, kontroversi, dan konsekuensi global. Memahami sejarah ini sangat penting untuk mengevaluasi dampak sistem ini pada masa kini dan merumuskan arah yang lebih adil dan berkelanjutan untuk masa depan.
Referensi:
- Braudel, F. (1992). Civilization and Capitalism, 15th-18th Century, Vol. I. University of California Press.
- Escobar, A. (2023). The Neoliberal Paradox: Poverty, Growth, and Development. Revue Mondes en Développement, 2023(2), 7-22.
- Milanovic, B. (2019). The Impact of Neoliberalism on Economic Inequality. World Bank Blogs (Accessed: 11 July 2024).
- Streeck, W. (2023). The Rise and Fall of Neoliberalism. The New Yorker.
- Muslimin, K. (2017). Kapitalisme Di era Pasar Bebas dan realitas Kondisi Ekonomi kekiknian,Jurnal Hukum Ekonomi Syariah. Jurnal Hukum Ekonomi Syariah, Vol. 1 No. 1.
- Manning, L. (2024)Neoliberalism: What it is, with examples and pros and cons, Investopedia. (Accessed: 11 July 2024).