Mengurai Etika Lingkungan dalam Bayang-Bayang Kapitalisme

Share it

Di tengah krisis lingkungan yang semakin serius, para filsuf dan teolog berusaha merumuskan berbagai pendekatan etika yang dianggap “ramah” lingkungan. Beberapa pendekatan yang diajukan meliputi etika antroposentrisme, biosentrisme, ekosentrisme, hingga teosentrisme. Namun, muncul pertanyaan mendasar “etika mana yang benar-benar mampu mengatasi krisis lingkungan yang ada saat ini?”.

Sayangnya, perdebatan tentang etika lingkungan ini belum menemukan titik temu. Alasdair MacIntyre menjelaskan bahwa filsafat moral kontemporer seringkali ditandai oleh argumen yang tiada henti dan kesulitan mencapai konsensus mengenai isu-isu moral. Sebagai contoh, David Ehrenfeld, seorang pendukung etika ekosentrisme, menyatakan bahwa bahkan virus seperti cacar memiliki hak moral untuk terus ada. Pernyataan ini relevan juga dengan konteks virus Covid-19, di mana pendekatan ekosentris beranggapan bahwa semua makhluk, termasuk mikroorganisme, memiliki hak untuk bertahan hidup tanpa campur tangan manusia.

Pandangan-pandangan ini menunjukkan kompleksitas dalam menentukan etika lingkungan yang efektif dan adil bagi semua pihak.

Salah satu faktor utama yang menjadikan kapitalisme sebagai pemicu kepunahan adalah dorongannya terhadap eksploitasi sumber daya alam secara masif dan tidak berkelanjutan. Dalam kerangka kapitalisme, alam dipandang sebagai aset ekonomi yang harus dimanfaatkan demi menghasilkan keuntungan maksimal. Sistem ini secara inheren berorientasi pada pencapaian keuntungan jangka pendek, seringkali mengabaikan dampak jangka panjang terhadap keanekaragaman hayati dan kelestarian ekosistem.

Proses industrialisasi, yang berakar pada kapitalisme, menjadi penyebab utama eksploitasi besar-besaran terhadap sumber daya alam. Kapitalisme mendorong terciptanya masyarakat modern yang sangat bergantung pada modal finansial dan pemanfaatan sumber daya alam. Paradigma pertumbuhan ekonomi dalam sistem ini terus mendominasi, memperparah eksploitasi alam secara intensif.

Selain eksploitasi sumber daya, industrialisasi yang didukung kapitalisme juga menghasilkan berbagai bentuk polusi dan pencemaran lingkungan. Dampak ini memicu kelangkaan sumber daya serta menurunkan kapasitas ekosistem dalam mendukung kehidupan di bumi.

Masalah lingkungan tidak hanya disebabkan oleh perilaku individu yang kurang baik terhadap alam. Perdebatan panjang tentang etika lingkungan sering kali tidak menghasilkan solusi nyata, dan membangun etika non-antroposentrisme menjadi sebuah impian yang sulit tercapai. Sumber utama kerusakan lingkungan adalah pola produksi dan konsumsi dalam sistem kapitalisme.

Namun, ini bukan berarti kita harus mengabaikan aspek moralitas. Kita tetap dapat mengecam perilaku yang merusak lingkungan atas dasar moral. Yang perlu dihindari adalah pendekatan moralistik yang menganggap perubahan sejarah dapat terjadi hanya dengan mengubah pandangan moral. Agar diskusi tentang etika lingkungan tidak berakhir pada tindakan-tindakan kecil seperti memungut sampah, menanam pohon, atau menggunakan sedotan ramah lingkungan, perlu ada pertanyaan mendalam tentang bagaimana etika dapat mendorong aksi melawan sistem dan budaya kapitalisme.

Kemurkaan terhadap kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kapitalisme adalah wajar, tetapi kita juga memerlukan analisis mendalam tentang penyebab sosial, ekonomi, dan politik dari krisis ini untuk menemukan solusinya. Menganggap krisis lingkungan hanya akibat ide-ide yang salah, dan berusaha mengatasinya dengan mempromosikan filosofi alternatif, hanya akan menghasilkan solusi yang rapuh dan tidak berdasar.

Untuk menyelesaikan masalah lingkungan, kita perlu memahami cara kerja sistem ekonomi dan politik yang mendasarinya. Institusi yang memiliki pengaruh moral dapat berperan penting dalam menyuarakan kebenaran, mengungkap realitas, dan mendukung pola produksi yang lebih ramah lingkungan dalam konteks kapitalisme global saat ini.

Dengan demikian, kapitalisme mempercepat proses eksploitasi sumber daya alam dan merusak lingkungan secara signifikan dalam upayanya untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang dianggap berkelanjutan.

Referensi

Tampubolon, Y. H., & Purba, D. F. (2022). Kapitalisme Global sebagai Akar Kerusakan Lingkungan: Kritik terhadap Etika Lingkungan. Societas Dei: Jurnal Agama dan Masyarakat9(1), 83-104.

Kurniawan, Rio. Kapitalisme Penyebab Kerusakan Lingkungan?. https://wartapalaindonesia.com/kapitalisme-penyebab-kerusakan-lingkungan/

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top