Mimpi Laba dan Realita Jiwa

Share it

Di balik tirai ekonomi bebas berkilau,

Pasar bersenandung dalam irama kapitalis.

Angka-angka melompat, merangkai mimpi,

Kebebasan berbicara dalam bahasa laba.

 

Di ruang besar kebijakan negara,

Hukum tertulis dengan tinta neoliberal.

Janji-janji pertumbuhan dan efisiensi,

Menyulam kemakmuran dengan benang kompetisi.

 

Di pasar, logika berbisik:

“Semua bisa dibeli, asal kau mampu.”

Harga takdir ditentukan oleh daya beli,

Yang kuat menang, yang lemah tergilas.

 

Negara, dalam logika kuasanya,

Memandang jauh, merancang kebijakan.

Privatisasi jadi mantra suci,

Demi roda ekonomi yang berputar kencang.

 

Kapitalisme, sang mesin tak kenal lelah,

Menggilas batas, menembus ruang.

Neoliberalisme, angin yang membawa pesan,

Bebaskan pasar, biarkan uang berbicara.

 

Namun, di tengah hiruk pikuk logika ini,

Ada tanya yang mengusik hati nurani.

Dimanakah tempat bagi yang tak berdaya?

Adakah ruang bagi yang tersingkirkan?

 

Logika pasar menjawab dengan bisu,

Logika negara bersandar pada angka.

Namun manusia bukan sekadar data,

Ada jiwa, ada rasa, ada asa.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top