Neoliberalisme: Skema Licik Kapitalisme yang Menjerat Kaum ProletarMenurut Karl Marx

Share it

Neoliberalisme, sebagai suatu ideologi ekonomi dan politik, telah menjadi dominan di banyak negara sejak akhir abad ke-20. Ideologi ini memengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat modern, mulai dari cara orang bekerja, mengonsumsi, hingga bagaimana negara menjalankan fungsinya sebagai pengatur kebijakan ekonomi. Dengan penekanan pada pasar bebas, privatisasi, dan deregulasi, neoliberalisme sering kali dianggap sebagai solusi untuk berbagai masalah ekonomi. Namun, para kritikus berpendapat bahwa ideologi ini justru memperburuk ketidakadilan sosial, menciptakan kesenjangan yang lebih dalam antara si kaya dan si miskin. Jika kita melihatnya melalui lensa pemikiran Karl Marx, kita akan menemukan kritik mendalam terhadap prinsip-prinsip ini dan dampaknya terhadap masyarakat. Bagi Marx, neoliberalisme hanyalah bentuk lain dari kapitalisme yang lebih agresif dalam eksploitasi tenaga kerja dan sumber daya.

Konsep Dasar Neoliberalisme

Neoliberalisme berakar dari keyakinan bahwa pasar bebas adalah mekanisme paling efisien untuk mengalokasikan sumber daya. Pendukungnya berargumen bahwa dengan mengurangi intervensi pemerintah, inovasi dan pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Namun, Marx, dalam karya-karyanya seperti Das Kapital, menekankan bahwa kapitalisme itu sendiri mengandung kontradiksi yang inheren, yang pada akhirnya akan mengarah pada krisis dan ketidakstabilan. Marx berpendapat bahwa dalam sistem kapitalis, akumulasi modal menjadi tujuan utama. Hal ini menyebabkan eksploitasi pekerja, di mana nilai lebih yang dihasilkan oleh tenaga kerja tidak sepenuhnya diberikan kepada mereka. Dalam konteks neoliberalisme, fenomena ini semakin diperburuk oleh kebijakan yang mendukung pemilik modal dan mengabaikan kesejahteraan pekerja.

Alienasi dan Kesenjangan Sosial

Salah satu kritik utama Marx terhadap kapitalisme adalah konsep alienasi. Dalam masyarakat neoliberal, di mana individu dipandang sebagai konsumen dan bukan sebagai anggota komunitas, alienasi ini semakin terasa. Nilai manusia sering kali diukur berdasarkan kemampuannya untuk membeli dan mengonsumsi, bukan berdasarkan kontribusinya kepada masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat modern sering kali terjebak dalam siklus konsumsi yang tidak ada habisnya, di mana nilai individu diukur berdasarkan kemampuan mereka untuk membeli barang dan jasa. Hal ini menciptakan kesenjangan sosial yang signifikan antara mereka yang memiliki akses ke sumber daya dan mereka yang tidak. Kesenjangan ini tidak hanya dalam hal ekonomi, tetapi juga dalam hal akses ke pendidikan, kesehatan, dan kesempatan kerja. Menurut Marx, alienasi ini juga berakar dari hilangnya kontrol pekerja atas proses produksi. Dalam sistem neoliberal, di mana perusahaan berusaha memaksimalkan keuntungan dengan meminimalkan biaya, pekerja sering kali kehilangan otonomi mereka. Mereka dipaksa untuk beradaptasi dengan tuntutan pasar yang terus berubah tanpa mempertimbangkan kesejahteraan mereka.

Krisis Ekonomi dan Lingkungan

Marx juga mengingatkan kita tentang krisis yang tak terhindarkan dalam sistem kapitalis. Neoliberalisme, dengan fokusnya pada pertumbuhan ekonomi tanpa batas, sering kali mengabaikan dampak lingkungan dari eksploitasi sumber daya alam. Krisis iklim yang kita hadapi saat ini dapat dilihat sebagai hasil dari logika neoliberal yang mendorong konsumsi tanpa mempertimbangkan keberlanjutan. Selain itu, kebijakan deregulasi yang mendukung perusahaan besar sering kali mengabaikan regulasi lingkungan yang dirancang untuk melindungi alam dan masyarakat dari kerusakan jangka panjang. Dalam pandangan Marx, solusi untuk masalah-masalah ini tidak dapat ditemukan dalam reformasi kecil dalam kerangka neoliberal; melainkan memerlukan perubahan struktural yang mendalam dalam cara kita memahami produksi dan distribusi kekayaan. Ini mencakup pemikiran kembali tentang bagaimana masyarakat dapat dibangun berdasarkan prinsip-prinsip solidaritas dan kesejahteraan bersama.

Kesimpulan

Melalui kacamata Karl Marx, neoliberalisme terlihat sebagai kelanjutan dari dinamika eksploitatif yang telah ada dalam kapitalisme. Sementara neoliberalisme menjanjikan pertumbuhan dan efisiensi melalui pasar bebas, ia juga memperdalam ketidakadilan sosial dan lingkungan. Untuk menghadapi tantangan-tantangan ini, penting bagi kita untuk mempertimbangkan alternatif-alternatif yang lebih adil dan berkelanjutan dalam pengelolaan ekonomi dan masyarakat.

 

 

Referensi:

Devito, M., Aziz, R. A., & AF, M. R. (2022). Konsepsi Keadilan dan Hukum Menurut Karl Max. Praxis: Jurnal Filsafat Terapan, 1(01).

Harvey, D. (2005). A Brief History of Neoliberalism. Oxford University Press.

Indoprogress. “Neoliberalisme 1.” Indoprogress 28  Agustus 2009, https://indoprogress.com/2009/08/neoliberalisme-1/

Kotz, D.M., & McDonough, T. (2010). “Neoliberalism and the Social Structure of Accumulation.” Capitalism Nature Socialism, 21(3), 1-20.

Lestari, E. A. (2018). Pemikiran kritik ekonomi antara Karl Marx dan Ali Syari’ati. Semarang: Repository UIN Walisongo.

Piketty, T. (2020). Capital and Ideology. Harvard University Press.

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top