
Pendidikan Kritis sebagai Jembatan dalam Penyelesaian Neoliberalisme
Latar belakang permasalahan yang melatarbelakangi pentingnya pendidikan kritis dalam konteks neoliberalisme adalah dominasi paradigma neoliberalisme dalam sistem pendidikan modern yang mengubah pendidikan menjadi komoditas dan peserta didik menjadi konsumen. Dalam sistem ini, pendidikan lebih berorientasi pada keuntungan ekonomi dan efisiensi pasar daripada pada pengembangan kemanusiaan dan kesadaran sosial. Akibatnya, pendidikan kehilangan makna sosialnya sebagai alat untuk mengembangkan pemikiran kritis dan kepekaan moral yang mendalam. Seperti yang dikatakan Henry Giroux, neoliberalisme telah mendorong pendidikan menjadi alat reproduksi kapital, menjadikan siswa sebagai “zombie” yang kehilangan kemanusiaannya, dan menutup peluang bagi solidaritas serta perubahan sosial yang berkelanjutan.[1][5]
Kerangka pemikiran yang menjadi dasar penyelesaian masalah ini adalah pedagogi kritis. Pedagogi kritis tidak hanya menawarkan kritik terhadap orientasi pasar neoliberalisme, tetapi juga memosisikan pendidikan sebagai ruang pembebasan dan transformasi sosial. Melalui pendidikan kritis, siswa diajak untuk memetakan dan memahami struktur kekuasaan yang membungkus interaksi sosial dan ekonomi, sekaligus mengembangkan wawasan dan kepekaan moral yang mempersiapkan mereka untuk berperan aktif dalam perubahan sosial ke arah keadilan, kebebasan, dan kemanusiaan bersama. Pedagogi kritis menawarkan paradigma baru yang kritis, kontekstual, dan membumi, berbeda dengan pedagogi tradisional yang sering netral dan cenderung memihak kepentingan politik dan ekonomi yang berkuasa.[5][1]
Lebih jauh, pendidikan kritis sebagai jembatan menuntut perlawanan yang sistemik terhadap akar neoliberal yang mengakar pada bentuk kapitalisme global. Neoliberalisme pendidikan merupakan manifestasi dari logika kapital yang menuntut akumulasi dan ekspansi kekayaan, bukan pemenuhan kebutuhan sosial. Karena itu, penyelesaian problem neoliberalisme pendidikan tidak bisa hanya menjadi perjuangan sektoral, misalnya mahasiswa, tetapi butuh solidaritas sosial lintas kelas dan lapisan masyarakat untuk melawan dominasi kapitalisme yang memengaruhi seluruh aspek kehidupan.[3][5]
Dengan pendekatan ini, pendidikan kritis tidak hanya membekali individu dengan kemampuan berpikir kritis secara intelektual, tetapi juga membangun kesadaran moral dan sosial yang humanis. Kesadaran ini menempatkan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan sosial, dan solidaritas sebagai fondasi utama dalam menghadapi tantangan neoliberalisme. Pendidikan menjadi alat pembebasan yang menghubungkan refleksi teori dan aksi perubahan nyata, sehingga menciptakan ruang pembelajaran yang memberdayakan dan regeneratif bagi masa depan yang lebih inklusif dan berkeadilan.[2][1][5]
Referensi :
1. Giroux, H. (2011). Pedagogi Kritis dan Tantangan Neoliberalisme [PDF].
2. Susetiawan, dalam Buku Guru Kemanusiaan – kontribusi pendidikan kritis sebagai advokasi sosial.
3. Indoprogress (2025). Aktivisme Antirealis, Neoliberalisme Pendidikan — mekanisme neoliberalisme sebagai pertahanan kapitalisme.
4. JSHP (2024). Tinjauan Literatur Kritis Relasi Kapitalisme dan Pendidikan Tinggi — Revolusional Critical Pedagogy sebagai respons terhadap ketidakadilan sistem kapitalis.
5. Kompasiana (2023). Pendidikan Tinggi dalam Kuasa Neoliberal: Pemikiran Giroux — dampak neoliberalisme pada pendidikan tinggi dan pemikiran kritis.