Asap hitam selimuti langit,
Pabrik menggeram, mesin menggigit.
Keringat jatuh di pipi letih,
Tuan tertawa, tak peduli jerih.

Di sudut jalan bocah menangis,
Perut kosong, langkah teriris.
Sementara jam di menara kaca,
Terus berdetak menumpuk harta.

Namun dengarlah, gemuruh datang,
Lonceng besi berdentang garang.
Palu menghantam, arit menyala,
Rakyat bangkit hancurkan tiran.

Tangan luka mengepal bara,
Terang menyala di cakrawala.
Genderang perang menggema nyaring,
Nyanyian juang berkumandang garing.

Saat mentari naik perlahan,
Tuan sirna, tak tersisa bayangan.
Kapitalisme terkubur renta,
Dan rakyat menari di atasnya.

Scroll to Top